Jumat, 06 Mei 2011

UNTUK PARA CALON-CALON ISTRI YANG SHOLEHAH


Asma bin Kharijah Fasari berkata kepada putrinya ketika putrinya hendak melangsungkan perkawinan.
“Hai putriku, kini engkau telah keluar dari sarang tempat engkau dahulu dilahirkan sehingga engkau menjadi besar. Kini engkau akan beralih kesuatu hamparan dan keadaan yang belum engkau kenal”. Lanjut ibu itu, ketahuilah orang itu adalah suamimu.Jadilah engkau sebagai tanah ia sebagai langitmu. Jadilah engkau sebagai lantai, dan ia dapat engkau jadikan tiangmu. Jangan engkau menimbuninya dengan berbagai kesukaran, sebab akan menjadikan ia meninggalkanmu. Janganlah engkau terlampau menjauhinya, agar ia tidak melupakanmu. Kalau engkau menghampirimu, dekatilah ia pula, dan sekiranya ia agak menjauhimu, jauhilah ia dengan baik”.

Wahai putriku”Kata ibu itu pula,”Peliharalah suamimu dengan baik, hidungnya, telinganya, matanya, dan lain-lainnya. Jangan kiranya suamimu itu mencium sesuatu darimu, melainkan yang harum, jangan pula ia mendengar melainkan dengan sesuatu yang merdu, dan jangan pula melihat melainkan dengan yang indah dari dirimu. Jadikanlah dirimu sebagai sandi utama ditengah-tengah rumahmu. Hendaklah kamu lebih banyak duduk dibilik rumah suamimu, menetap diperkakas anyamannya, dan janganlah kamu menyelidiki kejelekan suamimu. Seorang istri harus sedikit bicaranya dengan tetangganya. Jangan memasuki rumah tetangga melainkan dalam keadaan yang mengharuskan ia masuk kesitu.

Lalu lanjut ibu itu “Jadi seorang istri, hendaklah menjaga suaminya, baik diwaktu ia sedang bepergian atau ketika ia sedang berada dirumah.hendaklah diusahakan agar suaminya itu gembira dalam segala sesuatu yang dihadapinya. Janganlah sekali-kali istri itu menghianati diri sendiri atau harta milik suaminya. Bila telah mendapat izin suami untuk keluar rumah, maka hendaklah istri  itu berjalan sembunyi-sembunyi, berpakaian sederhana, tidak memamerkan tubuh atau pakaiannya, hendaklah mencari jalan-jalanyang lengang, bukan tempat lalu lalang yang ramai sehingga berdesak-desakan. Harus dihindarinya bercakap-cakap di jalan dengan lelaki bukan muhrimnya. Yang wajib diutamakan bagi istri adalah kebaikan keadaannya sendiri serta mengatur ketertiban rumah tangga. Selain itu harus rajin melakukan ibadah, shalat, puasa dan lain-lain yang menjadi kewajibannya”.
Kemudian lanjut ibunya “apabila teman suamimu minita izin masuk rumahmu, tetapi dikala itu suamimu sedang tidak ada, maka tidak perlu menanyakan sesuatu padanya atau mencoba beromong-omong. Hendaklah ia cemburu pada dirinya sendiri dan menenggang kecemburuan suamimu. Seorang istri hendaklah puas dengan apa yang ada pada suaminya, mengenai apa saja yang direzekikan oleh Allah padanya.Harus didahulukan hak suaminyaatas hak dirinya serta hak-kah keluarga.Ia wajib pula selalu membersihkan dirinya, setia dalam segala saat dan keadaan, barangkali suaminya menginginkan bersenang-senang. Selain itu istri wajib belas kasihan terhadap anak-anaknya, menjaga dan menutup cela mereka, jangan mudah mengeluarkan kata-kata makian pada anak-anaknya atau berbuat sesuatu yang menjengkelkan suaminya”.
Demikian nasehat ibu budiman dan bijaksana itu pada putrinya yang hendak melangsungkan perkawinan.....
Oleh : Mar'atul Jamilah
Di ambil Dari : ANALISA CIRI-CIRI WANITA SHOLEHAH

Tidak ada komentar:

Posting Komentar